Siswa Tewas Dianiaya Teman Sekolah, Kepsek Angkat Bicara
Siswa Tewas Dianiaya Teman Sekolah, Kepsek Angkat Bicara

Siswa Tewas Dianiaya Teman Sekolah, Kepsek Angkat Bicara

Siswa Tewas Dianiaya Teman Sekolah, Kepsek Angkat Bicara

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Siswa Tewas Dianiaya Teman Sekolah, Kepsek Angkat Bicara.
Siswa Tewas Dianiaya Teman Sekolah, Kepsek Angkat Bicara.

Siswa Tewas Dianiaya Di SMPN 1 Geyer Secara Tragis Setelah Diduga Kuat Menjadi Korban Perundungan Dan Penganiayaan Teman Sekelasnya. Kematian Angga Bagus Perwira, siswa kelas VII yang baru berusia 12 tahun, pada Sabtu (11/10/2025) pukul 11.00 WIB, menjadi pukulan telak bagi dunia pendidikan. Angga di temukan tak bernyawa di ruang kelasnya sendiri.

Kejadian yang merenggut nyawa Angga terjadi secara tiba-tiba, mengejutkan teman-teman sekolah dan pihak keluarga yang berdomisili di luar Grobogan. Dari kesaksian APR, teman seangkatan korban, di ketahui bahwa Angga sempat terlibat dua kali perkelahian di hari yang sama. Pemicunya adalah ejekan yang di lontarkan oleh teman-teman sekelasnya.

APR menjelaskan bahwa Angga di pukuli kepalanya saat jam pelajaran ketiga. Setelah perkelahian sempat berhenti, Angga kembali berkelahi dengan siswa berinisial AD. Dalam pertikaian kedua inilah, kepala Angga kembali menerima pukulan berkali-kali. Tak lama setelah kejadian itu, Angga mengalami kejang-kejang.

Meskipun sempat di bawa menuju Unit Kesehatan Sekolah (UKS), nyawa Angga tidak tertolong. Menanggapi insiden memilukan ini, Kepala Sekolah SMPN 1 Geyer, Sukatno, akhirnya memberikan pernyataan singkat. Sukatno menyampaikan bahwa kasus yang menewaskan Siswa Tewas Dianiaya di lingkungan sekolahnya itu telah sepenuhnya di serahkan kepada aparat penegak hukum, yakni Polres Grobogan, untuk di tangani secara tuntas.

Kronologi Penganiayaan Dan Reaksi Orang Tua Korban

Kronologi Penganiayaan Dan Reaksi Orang Tua Korban menjadi titik fokus dalam penyelidikan kasus kematian Angga. Berdasarkan keterangan teman korban, Angga di pukuli di kepala berkali-kali setelah ia tidak terima diejek dan akhirnya berkelahi dengan teman sekelasnya. Serangan berulang di bagian kepala menjadi perhatian utama yang di curigai sebagai penyebab kematian. Peristiwa kejang-kejang hingga meninggalnya Angga terjadi di ruang kelas, saat jam pelajaran berlangsung namun tanpa kehadiran guru. Ketiadaan pengawasan oleh guru pada saat kejadian menambah ironi tragedi tersebut.

Keluarga korban, Sawendra (38) dan Ike Purwitasari, yang merantau di Cianjur, Jawa Barat, baru tiba di Grobogan setelah jenazah putra sulung mereka sudah tidak bernyawa. Paman korban, Suwarlan (45), menceritakan bahwa pihak keluarga mendapat kabar kematian Angga dari sekolah pada siang hari. Kedatangan mereka yang terlambat menambah kesedihan karena tidak sempat melihat Angga di saat-saat terakhirnya. Keluarga menduga kuat bahwa Angga adalah korban bullying yang berkelanjutan. Dugaan ini didukung oleh riwayat keluhan korban selama bersekolah.

Dugaan bullying ini semakin kuat dari pengakuan kakek korban, Pujiyo (50). Pujiyo menuturkan bahwa cucunya sering mengeluh mengenai perundungan di sekolah. Angga bahkan sempat enggan masuk sekolah karena mengalami kekerasan, baik secara verbal maupun fisik. Kondisi ini menunjukkan bahwa perundungan sudah mencapai tahap yang mengganggu psikologis dan fisik korban. Keluarga sempat mendatangi sekolah dan melaporkan insiden pemukulan sebelumnya, meskipun setelah itu Angga tetap menjadi sasaran hinaan. Laporan yang telah di sampaikan sebelumnya seharusnya menjadi peringatan keras bagi pihak sekolah.

Melihat kondisi jenazah Angga yang perut dan dadanya menghitam, keluarga menuntut keadilan. Mereka mendesak kepolisian untuk melakukan autopsi demi mengetahui penyebab pasti kematian Angga. Ayah korban, Sawendra, menyuarakan kekecewaannya mendalam terhadap pihak sekolah yang di nilai tidak melakukan pengawasan serius meskipun kasus perundungan sudah pernah di laporkan sebelumnya. Sawendra menuntut agar pelaku di hukum seadil-adilnya, menegaskan bahwa tidak ada kata maaf.

Keluarga Tuntut Autopsi Dan Hukuman Berat

Keluarga Tuntut Autopsi Dan Hukuman Berat sebagai upaya untuk mencari kejelasan dan keadilan atas kematian Angga. Melihat adanya memar pada jenazah dan informasi simpang siur, termasuk dugaan Angga sempat di jatuhkan dari tangga. Kakek korban Pujiyo mendesak kepolisian agar autopsi segera di lakukan. Permintaan autopsi ini bertujuan untuk mengusut tuntas dan membuktikan secara medis bahwa kematian remaja tersebut di sebabkan oleh penganiayaan. Pujiyo ingin menghilangkan semua keraguan mengenai penyebab pasti meninggalnya cucu tercinta. Hanya melalui autopsi, fakta medis yang akurat dapat terungkap dan di jadikan bukti.

Pihak keluarga telah menyaksikan jenazah Angga di Puskesmas sebelum di rujuk ke RSUD Dr R Soedjati Soemodiardjo, Purwodadi, untuk di lakukan autopsi. Mereka meyakini informasi yang mereka terima bahwa Angga meninggal di ruang kelas setelah mengalami perundungan hingga kejang-kejang. Keluarga berpegangan pada kesaksian awal yang mengaitkan kematian Angga dengan kekerasan di sekolah. Permintaan autopsi yang di setujui kepolisian menjadi langkah awal untuk menemukan kebenaran di balik meninggalnya siswa SMP tersebut. Perspektif keluarga adalah autopsi menjadi kunci untuk menindaklanjuti kasus ini.

Ayah Angga, Sawendra, yang terpukul melihat putra sulungnya meninggal, menuntut agar penegak hukum bertindak profesional. Sawendra secara emosional menegaskan tuntutan yang keras. “Tidak ada kata ampun intinya. Ini berhubungan dengan nyawa,” tegas Sawendra. Rasa kehilangan yang mendalam memicu Sawendra untuk menuntut hukuman maksimal. Bahkan, ia secara tegas menuntut “nyawa dibayar nyawa,” meskipun ia menyatakan akan mengikuti aturan hukum yang berlaku di Indonesia, dengan harapan pelaku di hukum setuntas-tuntasnya.

Kekecewaan keluarga terhadap pengawasan pihak sekolah juga sangat besar. Mereka merasa pengawasan tenaga pendidik di SMPN 1 Geyer sangat minim, padahal telah mengetahui riwayat bullying verbal dan fisik yang di alami Angga sebelumnya. Kakek korban, Pujiyo, menyayangkan bahwa cucunya yang penurut dan hanya memiliki hobi sepak bola itu harus menjadi korban. Kasus yang menimpa Siswa Tewas Dianiaya ini memperlihatkan pentingnya perlindungan anak di lingkungan sekolah.

Penanganan Kasus Oleh Kepolisian Dan Upaya Sekolah

Penanganan Kasus Oleh Kepolisian Dan Upaya Sekolah menjadi langkah selanjutnya setelah insiden maut ini. Kepala Sekolah SMPN 1 Geyer, Sukatno, merespon melalui pesan singkat bahwa penanganan kasus dugaan perundungan dan penganiayaan. Kasus yang menewaskan Angga sepenuhnya telah di serahkan kepada pihak berwajib, yaitu Polres Grobogan. Tindakan ini menunjukkan bahwa sekolah mengakui seriusnya insiden tersebut dan tunduk pada proses hukum.

Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Grobogan, di bawah pimpinan AKP Rizky Ari Budianto, memastikan bahwa kasus ini sedang di dalami. Penyidik kini tengah memeriksa sejumlah saksi untuk mengumpulkan bukti. Saksi-saksi yang di periksa meliputi teman-teman sekolah Angga, termasuk yang di duga terlibat perkelahian, serta para guru di SMPN 1 Geyer yang berada di lokasi.

Polres Grobogan juga mengambil langkah cepat menindaklanjuti permintaan keluarga untuk autopsi. Satreskrim telah menggandeng Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jawa Tengah untuk melakukan autopsi jenazah Angga. Tujuan autopsi ini adalah memastikan penyebab pasti kematian Angga, apakah terkait langsung dengan dugaan pemukulan dan pengeroyokan yang di alami korban.

Proses pemeriksaan dan autopsi ini di harapkan dapat memberikan kejelasan hukum yang adil bagi keluarga korban, sekaligus mengakhiri spekulasi yang beredar. Insiden ini juga harus menjadi pelajaran serius bagi institusi pendidikan mengenai urgensi pengawasan dan penindakan tegas terhadap bullying. Tragedi Angga menunjukkan betapa fatalnya dampak perundungan yang terabaikan, dan betapa pentingnya penanganan cepat agar kasus serupa tidak menimpa lagi Siswa Tewas Dianiaya.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait